Penyakit Kencing Manis ( Diabetes mellitus ) termasuk suatu penyakit yang sering dijumpai di tempat praktek Dokter. KM dapat pada usia dewasa ( tipe II ) dan dapat pada usia anak ( tipe I ). KM bersifat familier atau keturunan artinya bila salah satu atau kedua-dua orang tuanya ( ayah dan atau ibunya ) menderita KM maka anak-anaknya juga dapat mengidap KM.
Gejala KM biasanya: polifagia ( banyak makan ), polidipsi ( banyak minum ), poliuri ( banyak pipis ), pruritus vulva ( gatal-gatal alat kelamin pada wanita), parestesi ( kesemutan ). Luka yang lama sembuh. Urine akan didatangi semut kerena terdapat adanya glukose ( gula 0 di dalam urine ( glukosuri ). Pada wanita dengan penyakit KM seringkali mempunyai bayi yang lebih besar dari 4.000 gram ( giant baby ).
Penyakit KM sering kali disertai dengan penyakit lain seperti infeksi Paru-paru yang sering berupa TBC paru-paru. Jadi bila ada pasien yang menderita KM , maka jangan lupa diperiksa juga Paru-paru, apakah menderita TBC atau tidak. Demikian pula sebaliknya bila penderita mengidap TBC Paru, maka jangan lupa diperiksa juga kadar Gula darahnya, apakah menderita KM atau tidak.
Saya tidak akan membicarakan penyakit KM ini lebih rinci, tetapi saya akan menceritakan kisah salah satu pasien KM ini.
2 bulan yang lalu, pada hari Minggu sekitar pukul 11.30 saya mendapat telepon dari suami Ny. E, sekitar 50 tahun yang meminta kedatangan saya ke rumah Ny. E. Ny. E yang menderita KM sejak setengah jam yang lalu mengeluh: badan lemas, agak pusing, tangan dan kaki kesemutan, gelisah.
Ny. E dan suaminya merupakan kenalan dekat saya. Saat itu suami Ny. E ( Tn. K ) menelepon saya dari Jakarta oleh karena ada suatu keperluan di kota ini. Tn. K minta saya datang dan kalau perlu membawa isterinya ke Rumah Sakit. Saja jawab, saya akan memeriksa Ny. E dulu sebelum melakukan pesannya.
Lima belas menit kemudian saya sudah tiba di rumah mereka. Ny. E di temani kakak perempuannya ( Ny. B ). Saya memeriksa kondisi kesehatan Ny. E: sadar, dapat diajak bicara, agak gelisah, mengeluh sedikit pusing, tekanan darah: 110/80 mm Hg, jantung, paru-paru dan perut dalam batas normal, anggota gerak mengalami kesemutan.
Dalam tanya jawab dengan pasien, saya mendapat informasi bahwa Ny. E pagi itu hanya sedikit sarapan, tetapi tablet anti KM tetap diminum, karena ingin lekas sembuh atau kadar gula darahnya menurun. Semua data informasi dan data fisik yang saya dapatkan saya membuat diagnosa penyakit Ny. E adalah keadaan hipoglikemi ( kadar gula darah yang menurun ). Keadaan hipoglikemia yang tidak segera diatasi akan menyebabkan pasien mengalami Shok hipoglikemi. Keadaan shok apapun jenisnya dapat mengancam jiwa pasien.
Saya minta kepada Ny. B agar segera menyiapkan air teh manis, segelas air teh dengan 2 sendok makan gula pasir. Ny. B ragu-ragu memenuhi permintaan saya.
“Dok, pasien Kencing Manis kok diberi minum air manis. Setahu saya pasien KM tidak boleh minum yang manis-manis.”
Saya menjawab “ menurut Dokter, keadaan kadar gula yang menurun pada pasien KM wajib segera diberi minum air manis atau diinfus glukose. Disini tidak ada cairan infus, jadi pakai air teh manis saja dahulu. Ayo cepat bertindak, kalau adik anda ingin sembuh!”
Dengan ogah-ogahan Ny. B segera menyiapkan segelas air the manis yang hangat. Saya memberikan air teh manis sesendok demi sesendok kepada Ny. E. Setelah saya yakin ia dapat menelan dengan baik, maka saya minta agar sisa air teh tsb dihabiskan saja. Saya minta segelas air teh manis hangat lagi kepada Ny. B, bila mana diperlukan.
Saya mengajak Ny. E bicara tentang suaminya: kapan kembali dari Jakarta, naik apa ke Jakarta, kemana pergi putrinya pada hari Minggu itu dll agar Ny. E tetap sadar. Setelah sepuluh menit kemudian Ny. E berkata kepada saya dan Ny. B bahwa ia merasa badannya lebih segar, pusing menghilang, dan sesemuatan sudah jauh berkurang. Saya bersyukur, kondisi pasien yang KM ini dengan cepat membaik dari keadaan hipoglikeminya.
Saya langsung melaporkan via handphone tentang keadaan Ny. E ini kepada suaminya, Tn. K di Jakarta, bahwa kondisi isterinya sudah membaik dan tidak perlu dibawa ke RS. Tn. K tiba di Cirebon malam hari dan ia mengabarkan kepada saya bahwa ia akan membawa isterinya besok pagi ke Dokter Spesialis Penyakit Dalam di Bandung. Saya jawab, iya itu lebih baik.
Keesokan harinya, menjelang malam mereka mengunjungi rumah saya. Tn. K mengabarkan bahwa mereka sudah bertemu dengan Teman Sejawat Dokter tsb di Bandung dan membenarkan tindakan saya yang memberi air teh manis kepada isterinya saat itu dimana dalam keadaan hipoglikemi yang kalau tidak ditolong akan menyebabkan Shok. Dokter Spesialis tsb banyak memberikan petunjuk tentang penyakit KM kepoada Ny. E. Ny. E sekarang sudah lebih banyak mengerti tentang penyakitnya. Makan seperti biasa dan minum obat anti KM. Jangan makan sedikit atau tidak makan sama sekali, tetapi obat anti KM tetap diminum, akibatnya kadar Gula darah akan menurun dengan cepat dan terjadilah hipoglikemi.
Diakhir kisah ini saya bersyukur semuanya dapat diatasi dan pasien tidak mengalami komplikasi.
di kutip dari Dr. Basuki Pramanasebagai ahli diabetes
Gejala KM biasanya: polifagia ( banyak makan ), polidipsi ( banyak minum ), poliuri ( banyak pipis ), pruritus vulva ( gatal-gatal alat kelamin pada wanita), parestesi ( kesemutan ). Luka yang lama sembuh. Urine akan didatangi semut kerena terdapat adanya glukose ( gula 0 di dalam urine ( glukosuri ). Pada wanita dengan penyakit KM seringkali mempunyai bayi yang lebih besar dari 4.000 gram ( giant baby ).
Penyakit KM sering kali disertai dengan penyakit lain seperti infeksi Paru-paru yang sering berupa TBC paru-paru. Jadi bila ada pasien yang menderita KM , maka jangan lupa diperiksa juga Paru-paru, apakah menderita TBC atau tidak. Demikian pula sebaliknya bila penderita mengidap TBC Paru, maka jangan lupa diperiksa juga kadar Gula darahnya, apakah menderita KM atau tidak.
Saya tidak akan membicarakan penyakit KM ini lebih rinci, tetapi saya akan menceritakan kisah salah satu pasien KM ini.
2 bulan yang lalu, pada hari Minggu sekitar pukul 11.30 saya mendapat telepon dari suami Ny. E, sekitar 50 tahun yang meminta kedatangan saya ke rumah Ny. E. Ny. E yang menderita KM sejak setengah jam yang lalu mengeluh: badan lemas, agak pusing, tangan dan kaki kesemutan, gelisah.
Ny. E dan suaminya merupakan kenalan dekat saya. Saat itu suami Ny. E ( Tn. K ) menelepon saya dari Jakarta oleh karena ada suatu keperluan di kota ini. Tn. K minta saya datang dan kalau perlu membawa isterinya ke Rumah Sakit. Saja jawab, saya akan memeriksa Ny. E dulu sebelum melakukan pesannya.
Lima belas menit kemudian saya sudah tiba di rumah mereka. Ny. E di temani kakak perempuannya ( Ny. B ). Saya memeriksa kondisi kesehatan Ny. E: sadar, dapat diajak bicara, agak gelisah, mengeluh sedikit pusing, tekanan darah: 110/80 mm Hg, jantung, paru-paru dan perut dalam batas normal, anggota gerak mengalami kesemutan.
Dalam tanya jawab dengan pasien, saya mendapat informasi bahwa Ny. E pagi itu hanya sedikit sarapan, tetapi tablet anti KM tetap diminum, karena ingin lekas sembuh atau kadar gula darahnya menurun. Semua data informasi dan data fisik yang saya dapatkan saya membuat diagnosa penyakit Ny. E adalah keadaan hipoglikemi ( kadar gula darah yang menurun ). Keadaan hipoglikemia yang tidak segera diatasi akan menyebabkan pasien mengalami Shok hipoglikemi. Keadaan shok apapun jenisnya dapat mengancam jiwa pasien.
Saya minta kepada Ny. B agar segera menyiapkan air teh manis, segelas air teh dengan 2 sendok makan gula pasir. Ny. B ragu-ragu memenuhi permintaan saya.
“Dok, pasien Kencing Manis kok diberi minum air manis. Setahu saya pasien KM tidak boleh minum yang manis-manis.”
Saya menjawab “ menurut Dokter, keadaan kadar gula yang menurun pada pasien KM wajib segera diberi minum air manis atau diinfus glukose. Disini tidak ada cairan infus, jadi pakai air teh manis saja dahulu. Ayo cepat bertindak, kalau adik anda ingin sembuh!”
Dengan ogah-ogahan Ny. B segera menyiapkan segelas air the manis yang hangat. Saya memberikan air teh manis sesendok demi sesendok kepada Ny. E. Setelah saya yakin ia dapat menelan dengan baik, maka saya minta agar sisa air teh tsb dihabiskan saja. Saya minta segelas air teh manis hangat lagi kepada Ny. B, bila mana diperlukan.
Saya mengajak Ny. E bicara tentang suaminya: kapan kembali dari Jakarta, naik apa ke Jakarta, kemana pergi putrinya pada hari Minggu itu dll agar Ny. E tetap sadar. Setelah sepuluh menit kemudian Ny. E berkata kepada saya dan Ny. B bahwa ia merasa badannya lebih segar, pusing menghilang, dan sesemuatan sudah jauh berkurang. Saya bersyukur, kondisi pasien yang KM ini dengan cepat membaik dari keadaan hipoglikeminya.
Saya langsung melaporkan via handphone tentang keadaan Ny. E ini kepada suaminya, Tn. K di Jakarta, bahwa kondisi isterinya sudah membaik dan tidak perlu dibawa ke RS. Tn. K tiba di Cirebon malam hari dan ia mengabarkan kepada saya bahwa ia akan membawa isterinya besok pagi ke Dokter Spesialis Penyakit Dalam di Bandung. Saya jawab, iya itu lebih baik.
Keesokan harinya, menjelang malam mereka mengunjungi rumah saya. Tn. K mengabarkan bahwa mereka sudah bertemu dengan Teman Sejawat Dokter tsb di Bandung dan membenarkan tindakan saya yang memberi air teh manis kepada isterinya saat itu dimana dalam keadaan hipoglikemi yang kalau tidak ditolong akan menyebabkan Shok. Dokter Spesialis tsb banyak memberikan petunjuk tentang penyakit KM kepoada Ny. E. Ny. E sekarang sudah lebih banyak mengerti tentang penyakitnya. Makan seperti biasa dan minum obat anti KM. Jangan makan sedikit atau tidak makan sama sekali, tetapi obat anti KM tetap diminum, akibatnya kadar Gula darah akan menurun dengan cepat dan terjadilah hipoglikemi.
Diakhir kisah ini saya bersyukur semuanya dapat diatasi dan pasien tidak mengalami komplikasi.
di kutip dari Dr. Basuki Pramanasebagai ahli diabetes
No comments:
Post a Comment