Monday, March 2, 2009

Lensa Kontak Rentan Iritasi Mata

MATA dianggap cerminan hati. Namun, kebanyakan orang dinilai sering lupa menjaga kesehatan mata. Ini dapat dilihat dari menjamurnya orang memakai kaca mata maupun lensa kontak. Masalahnya, apakah retina diabetika aman menggunakan lensa kontak ?
Berdasarkan data Departemen Kesehatan RI, dari 200 juta lebih penduduk Indonesia, 1,5 persen atau 3 juta penduduk Indonesia mengalami kebutaan. Sebab kebutaan ada karena katarak (70 persen), glaukoma (hampir 20 persen), dan penyakit retina (12-13 persen).

Penyakit atau gangguan pada mata dapat disebabkan karena faktor keturunan (degenerasi), yakni makin tinggi usia seseorang akan meningkatkan gangguan mata. Selian itu, pola makan yang kurang benar, lingkungan, dan kebiasaan pun dapat mengganggu kesehatan mata. “Bahkan, diabetes bisa mengakibatkan gangguan kesehatan yang sama (retino diabetika). Ini disebabkan komplikasi dengan penyakit kencing manis. Akibatnya bukan hanya dapat mengganggu kesehatan mata, bahkan berisiko kebutaan,” ujar dr. Ni Nyoman Seri Sukmawati, Sp.M di Denpasar belum lama ini.

Pada mata normal, sinar atau gambar yang ditangkap mata jatuh tepat di retina mata sehingga jarak penglihatan dapat terpantau jauh atau dekat. “Mata minus, sinar atau gambar yang terekam di mata jatuh di depan retina, sehingga pandangan melihat dekat wajah jelas tetapi latar belakangnya kabur. Sedangkan, pada mata plus, sinar atau gambar yang terekam di mata jatuh di belakang retina, sehingga pandangan dekat kabur,” jelasnya.


Rabun Jauh
Menurut tamatan spesialis mata FK Universitas Diponegoro Semarang ini, gangguan kesehatan pada mata yang umum terjadi adalah penurunan fungsi penglihatan, dan mata merah. “Penurunan fungsi penglihatan wajar terjadi pada usia 40 tahun ke-atas. Mereka biasanya menderita rabun dekat (presbyopia), yang merupakan bagian dari proses penuaan. Untuk itu perlu dibantu dengan kacamata baca,” jelas perempuan kelahiran Denpasar, 50 tahun silam ini.

Sementara gangguan rabun jauh (myopia) atau biasa sering disebut minus. Menurut dokter spesialis mata RS. Wangaya ini banyak disebabkan karena keturunan, umumnya sudah dialami sejak masih kecil. Jika myopia dibiarkan, minusnya akan bertambah. “Tak jarang kita melihat ada anak kecil yang memakai kaca mata sangat tebal. Penyakit mata rabun jauh tidak bisa berkurang, apalagi kembali seperti mata normal lagi, walaupun sudah memakai kacamata,” jelas Dokter Seri.

Dokter Seri menyebutkan mata merah ada yang disebabkan karena bibit penyakit, ketika terjadi wabah pada sebuah daerah dan menyerang pada beberapa orang. “Yang terkena kondisi tubuhnya memang rentan terhadap penyakit, bagi yang tahan mungkin tidak terkena,” ujarnya.

Sementara ada mata merah karena debu, yang lama-lama juga akan mereda. Sedangkan mata merah karena infeksi terasa gatal, rasa tidak enak seperti ada pasir, mengeluarkan air mata, pembengkakan kelopak mata, dan bangun tidur keluar kotoran mata. “Mata merah karena debu tidak seperti itu, hanya merah dan lama-lama mereda,” jelasnya.
Gangguan lain yang tergolong infeksi mata, yakni kelilikan atau bintitan. Ia mengatakan, bedanya dengan penyakit mata merah, bibit penyakitnya bersarang di kelopak mata. “Pada kelopak mata terdapat beberapa kelenjar, seperti kelenjar airmata, kelenjar minyak pembasah bulu mata. Jika kelenjar ini dimasuki bibit penyakit, maka akan terbentuk bisul. Bisul kelenjar ini yang menimbulkan kelilikan (hordeolum),” paparnya.
Biasanya dokter akan melakukan operasi kecil, dengan penyembuhan hanya sehari. Masyarakat umumnya menggunakan kesuna untuk pengobatan. Ia mengatakan jika bintit masih kecil dan belum bernanah mungkin saja bisa sembuh sendiri, tapi jika sudah membatu, harus segera diangkat dengan operasi.

Glaucoma merupakan penyakit mata berisiko kebutaan. Pada kondisi gangguan kesehatan mata ini, tekanan bola mata meninggi dengan gejala mata merah. “Dibutuhkan obat tetes yang digunakan khusus untuk menurunkan tekanan bola mata. Jika dibiarkan berisiko kebutaan,” katanya.

Selain itu ada juga penyakit katarak. Penyakit ini biasa menyerang umur 40 tahun ke-atas. Biasanya dilakukan operasi. Tapi sering terjadi setelah operasi katarak malah penderita menjadi tidak bisa melihat total. Menurut Dokter Seri hal itu disebabkan karena ada komplikasi, misalnya gangguan saraf belakang mata (glaucoma). “Jika operasi normal, dan tidak ada komplikasi pasti penglihatan menjadi lebih baik,” yakinnya.

Lensa Kontak
Ada anggapan orang berkacamata memberikan kesan tertentu seperti pintar, modis, atau cantik. Selain tajamnya penglihatan berfungsi dengan baik, kacamata juga bisa melindungi mata dari debu dan efek buruk dari sinar matahari. Meski begitu, menurut dokter Seri pengunaan kacamata banyak kendala, seperti sering kotor, tergores, berembun, lensanya pecah. Bila ukuran refraksi mata tinggi, kacamata menjadi tebal berpengaruh terhadap kesan wajah. Kacamata menjadi halangan berolahraga. Bagi pengguna kacamata, pemeriksaan mata sebaiknya dilakukan dua tahun sekali. Alasannya, kacamata akan berubah jarak pandangnya.

Seiring dengan kemajuan teknologi, dan perhatian serta pengetahuan masyarakat tentang pentingnya kesehatan mata, gangguan mata semakin dini sudah terdeteksi, disamping pesatnya pertumbuhan produk kesehatan mata. Kini banyak orang beralih ke lensa kontak. Kelebihannya, lebih nyaman, penglihatan lebih baik, aktifitas baik, ada pilihan warna-warni. Jenisnya bermacam-macam, sesuai dengan keinginan. Tapi kendalanya kata dokter Seri, tidak smeua orang cocok dengan lensa kontak. Bahkan tak jarang sering menimbulkan iritasi mata. “Perawatan harus ekstra hati-hati, karena lensa kontak strerilnya tidak baik. Bila cara perawatan dan pemakaian salah bisa terjadi infeksi dan penyakit serius pada mata,” paparnya.

Untuk perawatan lensa kontak itu tergantung dari jenis lensa kontak itu sendiri. Ada yang harus dicuci setiap hari atau seminggu sekali. “Pencucian dengan menggunakan tangan sangat berisiko pada kesterilannya. Kalau untuk menunjang kecantikan dipakai sekali waktu mungkin tidak masalah, tapi sebagai pengganti kacamata rentan iritasi mata,” tegasnya.

Konsumsi Nutrisi
Menjaga agar mata sehat bukanlah hal sulit. Dokter Seri menyarankan mengkonsumsi makanan yang mengandung nutrisi untuk pemeliharaan kesehatan mata. “Sayuran berwarna hijau mengandung lutein dan zeaxanthin sebagai protector lensa mata terhadap serangan radikal bebas. Vitamin A dan C terkandung pada wortel dan buah-buahan berwarna,” ujarnya.

Selain mengkonsumsi makanan yang mengandung nutrisi untuk mata, yang juga perlu dilakukan kata dokter Seri, gunakan lampu penerangan yang terang untuk membaca pada malam hari dan jangan membaca sambil tiduran. Menonton televisi jangan terlalu dekat. Jika akan bepergian pada siang hari gunakan topi dan kacamata hitam dan gunakan kaca mata khusus berenang. Bagi para pengguna komputer biasakan mengistirahatkan mata setiap dua jam sekali selama 10 - 20 menit. “Hal ini penting agar mata tidak terus-menerus terfokus pada layar komputer. Alihkanlah pandangan mata ke tempat lain yang lebih jauh. Relakskan mata, pejamkan sebentar, atau kedipkan,” jelasnya.

Hal itu katanya dapat menurunkan ketegangan dan menjaga mata tetap basah dan sejuk. Bila terlalu lama melihat dalam jarak dekat, alihkan pandangan anda ke arah yang jauh. Menurutnya mata sudah mempunyai proteksi sendiri yakni air mata yang mencegah masuknya bakteri ke dalam mata. “Jadi jika tidak kemasukan benda asing jangan terlalu sering mencuci mata sembarangan,” sarannya.

No comments:

Post a Comment